Quick Guide
Hide Quick Guide
    Aktifkan Mode Highlight
    Premium
    File Lampiran
    Peraturan Terkait
    IDN
    ENG
    Fitur Terjemahan
    Premium
    Terjemahan Dokumen
    Ini Belum Tersedia
    Bagikan
    Tambahkan ke My Favorites
    Download as PDF
    Download Document
    Premium
    Status : Sudah tidak berlaku karena diganti/dicabut

    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
    NOMOR 144 TAHUN 2000

     
    TENTANG

    JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
     

    Menimbang

    bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4A Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;
     

    Mengingat

    1.
    Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;
    2.
    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3986);
     
     
    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan

    PERATURAN PEMERINTAH TENTANG JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI.
     

    Pasal 1

    a.
    Kelompok barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:
    b.
    Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil langsung dari sumbernya;
    c.
    Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
    d.
    Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya; dan
    e.
    Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
     
     

    Pasal 2

    Jenis barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a adalah:
    a.
    Minyak mentah (crude oil);
    b.
    Gas bumi;
    c.
    Panas bumi;
    d.
    Pasir dan kerikil;
    e.
    Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara; dan
    f.
    Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta bijih bauksit.
     
     

    Pasal 3

    Jenis barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b adalah:
    a.
    Beras;
    b.
    Gabah;
    c.
    Jagung;
    d.
    Sagu;
    e.
    Kedelai; dan
    f.
    Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.
     
     

    Pasal 4

    Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf c meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.
     

    Pasal 5

    Kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:
    a.
    Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;
    b.
    Jasa di bidang pelayanan sosial;
    c.
    Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;
    d.
    Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;
    e.
    Jasa di bidang keagamaan;
    f.
    Jasa di bidang pendidikan;
    g.
    Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan;
    h.
    Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;
    i.
    Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;
    j.
    Jasa di bidang tenaga kerja;
    k.
    Jasa di bidang perhotelan; dan
    l.
    Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.
     
     

    Pasal 6

    Jenis jasa di bidang pelayanan kesehatan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a meliputi:
    a.
    Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
    b.
    Jasa dokter hewan;
    c.
    Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi;
    d.
    Jasa kebidanan dan dukun bayi;
    e.
    Jasa paramedis dan perawat; dan
    f.
    Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium.
     
     

    Pasal 7

    Jenis jasa di bidang pelayanan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi:
    a.
    Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo;
    b.
    Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial;
    c.
    Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
    d.
    Jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali yang bersifat komersial;
    e.
    Jasa pemakaman termasuk krematorium; dan
    f.
    Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.
     
     

    Pasal 8

    Jenis jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d meliputi:
    a.
    Jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta anjak piutang;
    b.
    Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi; dan
    c.
    Jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi.
     
     

    Pasal 9

    Jenis jasa di bidang keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e meliputi:
    a.
    Jasa pelayanan rumah ibadah;
    b.
    Jasa pemberian khotbah atau dakwah; dan
    c.
    Jasa lainnya di bidang keagamaan.
     
     

    Pasal 10

    Jenis jasa di bidang pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f meliputi:
    a.
    Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional; dan
    b.
    Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus.
     
     

    Pasal 11

    Jenis jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.
     

    Pasal 12

    Jenis jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h adalah jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi Pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
     

    Pasal 13

    Jenis jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf i adalah jasa angkutan umum di darat, di laut, di danau, dan di sungai yang dilakukan oleh Pemerintah atau swasta.
     

    Pasal 14

    Jenis jasa di bidang tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j meliputi:
    a.
    Jasa tenaga kerja;
    b.
    Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan
    c.
    Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.
     
     

    Pasal 15

    Jenis jasa di bidang perhotelan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf k meliputi:
    a.
    Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan
    b.
    Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.
     
     

    Pasal 16

    Jenis jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf l meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan, pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, pembuatan Kartu Tanda Penduduk.
     

    Pasal 17

    Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
     

    Pasal 18

    Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.
     
    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
     
    Ditetapkan di Jakarta
    Pada tanggal 22 Desember 2000
    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
    ABDURRAHMAN WAHID
     
    Diundangkan di Jakarta
    Pada tanggal
    SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
    DJOHAN EFFENDI
     
    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 260
     

    PENJELASAN

    ATAS
     
    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
    NOMOR 144 TAHUN 2000
     
    TENTANG
     
    JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
     
    UMUM
    Sesuai dengan prinsip Pajak Pertambahan Nilai sebagai pajak konsumsi di dalam Daerah Pabean, pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya meliputi seluruh penyerahan barang dan jasa. Namun demikian, berdasarkan pertimbangan sosial, ekonomi dan budaya dipandang perlu untuk tidak mengenakan Pajak Pertambahan Nilai terhadap barang dan atau jasa tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendorong kegiatan ekonomi dan stabilitas sosial.
     
    Sehubungan dengan hal tersebut, dalam Peraturan Pemerintah ini ditentukan jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
     
    PASAL DEMI PASAL
    Pasal 1
    Cukup jelas
    Pasal 2
    Huruf a
    Cukup jelas
    Huruf b
    Tidak termasuk dalam pengertian gas bumi adalah gas bumi yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat seperti elpiji.
    Huruf c
    Cukup jelas
    Huruf d
    Cukup jelas
    Huruf e
    Cukup jelas
    Huruf f
    Cukup jelas
    Pasal 3
    Cukup jelas
    Pasal 4
    Cukup jelas
    Pasal 5
    Cukup jelas
    Pasal 6
    Termasuk dalam pengertian jasa di bidang pelayanan kesehatan medik adalah jasa pengobatan alternatif, psikolog dan paranormal.
    Pasal 7
    Cukup jelas
    Pasal 8
    Cukup jelas
    Pasal 9
    Cukup jelas
    Pasal 10
    Cukup jelas
    Pasal 11
    Cukup jelas
    Pasal 12
    Cukup jelas
    Pasal 13
    Jasa angkutan umum di darat dan di air tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, sedangkan jasa angkutan udara dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian jasa angkutan udara luar negeri tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, karena penyerahan jasa tersebut dilakukan di luar Daerah Pabean. Termasuk dalam pengertian jasa angkutan udara luar negeri adalah jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri tersebut.
    Pasal 14
    Cukup jelas
    Pasal 15
    Cukup jelas
    Pasal 16
    Cukup jelas
    Pasal 17
    Cukup jelas
    Pasal 18
    Cukup jelas
     
    TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4062

    Peraturan Pemerintah 144 TAHUN 2000 - Perpajakan DDTC